Pernah dengar Hordeolum ?
Hordeolum kalau istilah umumnya adalah bintitan. Bintitan terjadi
biasanya antara bulu mata dan kelopak mata yaitu jaringan mukosa yang
sangat sensitif. Apabila kelenjar ini terinfeksi oleh bakteri atau
distimulasi oleh beberapa zat seperti memakai maskara, soft lens, atau
berkaitan yang bersentuhan langsung dengan daerah-daerah tersebut
tentunya bisa menimbulkan infeksi, akhirnya menginfeksi pada kelenjar
maka muncullah mirip gumpalan yakni seperti bintitan yang isinya bisa
nanah atau cairan.
Bintitan atau timbilen atau dalam istilah kedokterannya disebut
hordeolum bukanlah disebabkan karena kebiasaan mengintip seperti yang
sering disebut-sebut dalam mitos. Hordeolum adalah infeksi atau
peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bagian
bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus
(Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak
mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar
Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.
Bintitan ini dalam Bahasa Sunda dikenal sebagai Turuwisen, yaitu
berupa benjolan kecil pada pinggir kelopak mata ini kerap disertai rasa
gatal dan nyeri, yang kemudian dapat bertambah besar layaknya bisul.
Penyebabnya adalah peradangan muara kelenjar pada lapisan kelopak mata
atas maupun bawah dimana terdapat produksi cairan yang berguna untuk
fungsi air mata dan keringat. Apabila muara kelenjar itu tersumbat oleh
kotoran seperti debu, make-up, dan lainnya; maka timbulah bintitan.
Peradangan ini bisa terjadi tanpa atau dengan adanya infeksi bakteri.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai anak-anak hingga orang
tua. Disebutkan bahwa angka kejadian pada usia dewasa lebih banyak
dibanding anak-anak.
Tidak ada perbedaan angka kejadian (insidens rate) antara wanita
dengan pria. Adakalanya seseorang mudah banget mengalami timbilen
(berulang). Ibaratnya, baru sembuh yang satu, kemudian muncul lagi
timbil di tempat yang lain.
Jenis Bintitan
Sesuai dengan kondisinya, hordeolum dibedakan menjadi dua; hordeolum
eksternum (ada di luar) dan hordeolum internum, (terjadi di dalam
kelopak mata). Pada hordeolum eksternum, kuman menempel di bulu mata,
masuk melalui pori-pori dan bagian yang terkena adalah kelenjar zeiss
dan kelenjar moll yang letaknya memang berdekatan dengan pangkal bulu
mata. Sedangkan pada hordeolum internum terjadi pada kelenjar lemak
sehingga bagian dalam kelopak mata akan membengkak dan terinfeksi.
Biasanya hordeolum eksternum agak lebih kecil dan letaknya di sebelah
luar, tepatnya di sekitar bulu mata. Sedangkan hordeolum internum agak
ke dalam dan lebih tebal serta besar sehingga terasa mengganjal pada
mata.
Selain dua jenis tersebut, ada juga bintitan kalazion; yang mengeras
dan sudah tak aktif lagi. Penyebabnya belum diketahui secara persis,
tapi diduga karena gangguan sekresi kelenjar meibom. Hal ini menyebabkan
penyumbatan dan menimbulkan reaksi jaringan sekitarnya terhadap
bahan-bahan yang tertahan sehingga akan menimbulkan benjolan yang
mengeras.
Ketiga jenis tersebut bisa dibedakan dari gejala yang muncul.
Biasanya anak terkena hordeolum, awalnya akan tampak suatu benjolan
berwarna merah dan terasa sakit bila ditekan di dekat pangkal bulu
matanya. Sedangkan pada kalazion, muncul peradangan sangat ringan.
“Apabila kista atau kantong ini cukup besar dapat menyebabkan kelopak
mata menebal dan teraba suatu benjolan keras di dalamnya sehingga akan
menekan bola mata dan dapat menimbulkan gangguan atau penurunan
penglihatan.”
Gejala Bintitan
Tanda-tanda hordeolum sangat mudah dikenali, yakni nampak adanya
benjolan pada kelopak mata bagian atas atau bawah, berwarna kemerahan.
Adakalanya nampak bintik berwarna keputihan atau kekuningan disertai
dengan pembengkakan kelopak mata. Pada hordeolum interna, benjolan akan
nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata. Keluhan yang kerap
dirasakan oleh penderita hordeolum diantaranya rasa mengganjal pada
kelopak mata, nyeri takan dan makin nyeri saat menunduk. Kadang mata
berair dan peka terhadap sinar. Hordeolum dapat membentuk abses di
kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan nanah.
Pengobatan Bintitan
Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited) dalam 1-2
minggu. Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat
topikal (salep atau tetes mata antibiotik) maupun kombinasi dengan obat
antibiotika oral (diminum).
Urutan penatalaksanaan hordeolum adalah sebagai berikut:
- Kompres hangat selama sekitar 10-15 menit, 4 kali sehari.
- Antibiotik topikal (salep, tetes mata), misalnya: Gentamycin,
Neomycin, Polimyxin B, Chloramphenicol, Dibekacin, Fucidic acid, dan
lain-lain.
- Obat topikal digunakan selama 7-10 hari, sesuai anjuran dokter,
terutama pada fase peradangan. Antibiotika oral (diminum), misalnya:
Ampisilin, Amoksisilin, Eritromisin, Doxycyclin.
- Antibiotik oral digunakan jika hordeolum tidak menunjukkan perbaikan
dengan antibiotika topikal. Obat ini diberikan selama 7-10 hari.
Penggunaan dan pemilihan jenis antibiotika oral hanya atas
rekomendasi dokter berdasarkan hasil pemeriksaan. Adapun dosis
antibiotika pada anak ditentukan berdasarkan berat badan sesuai dengan
masing-masing jenis antibiotika dan berat ringannya hordeolum. Obat-obat
simptomatis (mengurangi keluhan) dapat diberikan untuk meredakan
keluhan nyeri, misalnya: asetaminofen, asam mefenamat, ibuprofen, dan
sejenisnya.
Anjuran Untuk Penderita Bintitan
Hindari mengucek-ucek atau menekan hordeolum. Jangan memencet
hordeolum. Biarkan hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian bersihkan
dengan kasa steril ketika keluar nanah atau cairan dari hordeolum.
Tutup mata pada saat membersihkan hordeolum. Untuk sementara hentikan
pemakaian make-up pada mata. Lepaskan lensa kontak (contact lenses)
selama masa pengobatan.
Memang pada awalnya infeksi hanya memerah. Saat itulah sel-sel darah
putih yang berfungsi menghancurkan kuman sedang aktif bekerja. Kalau
kondisi tubuh kita sedang dalam keadaan bagus, sel-sel darah akan dapat
bekerja dengan baik sehingga kuman akan kalah dan dengan sendirinya
bintitan akan hilang. Tapi jika sel darah yang kalah, lama kelamaan akan
melembek dan menimbulkan nanah.
Kapan dilakukan insisi ?
Dianjurkan insisi (penyayatan) dan drainase pada hordeolum, apabila:
Hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan obat-obat antibiotika
topikal dan antibiotika oral dalam 2-4 minggu. Hordeolum yang sudah
besar atau sudah menunjukkan fase abses. Setelah insisi dianjurkan
kontrol dalam seminggu atau lebih untuk penyembuhan luka insisi agar
benar-benar sembuh sempurna.
Memang jika didiamkan saja pun lama kelamaan bintitan akan membesar dan pecah sendiri.
“Tapi, pecahnya bukan berarti telah sembuh, melainkan hanya bagian
luarnya saja yang pecah, isinya tidak ikut keluar sehingga akan
meninggalkan bekas yang menonjol pada bagian yang pecah tersebut.”
Berbeda jika dilakukan insisi, karena prosesnya dilakukan melalui
bagian dalam kelopak mata yang panjangnya hanya berkisar 1 hingga 2 mm,
kemudian baru dilakukan kuretase; pengeluaran isinya. Tindakan ini tak
akan menimbulkan bekas
Pencegahan Agar Tidak Bintitan
Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang. Usap kelopak mata
dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi
kelenjar lemak. Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak
terkontaminasi oleh kuman. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di
daerah berdebu.
Bintitan Bisa Menyebabkan Kematian !
Bukan hanya orang dewasa yang mengalaminya, bayi pun ternyata juga
bisa mengalaminya. Gejalanya hampir sama dengan orang dewasa, bahkan
bila tak segera ditangani, itu bisa menyebabkan kematian.
Gejalanya, kadang-kadang anak merasa terganggu, kemudian rewel dan
demam. Keduanya berbahaya, harus mendapat penanganan sedini mungkin agar
sembuh total. Kuman yang mengiritasi adalah penyebabnya. Yang terbanyak
adalah kuman streptococcus dan staphylococcus.
Penyebaran kuman tersebut antara lain melalui udara. Dikatakan
Spesialis penyakit mata RSU dr Soetomo Surabaya, Dokter Hendrian D.
Soebagjo SpMK,
“Disarangkan tak sering mengucek-ngucek mata. Terlalu sering dan
keras mengucek mata bisa memunculkan luka berukuran sangat kecil (micro
lesion). Nah melalui luka itulah bakteri bisa masuk ke dalam tubuh”.
Jika timbilen tak segera diobati, kuman berisiko masuk ke rongga mata. Selanjutnya, menuju ke selaput otak.
“Dalam kondisi begitu, pasien akan mengalami meningitis. Namun bisa
juga terjadi abses otak. Kalau sudah begitu, pasien bisa meninggal
dunia”.
Pencegahan tentu lebih baik daripada pengobatan. Agar tak timbilen
sebaiknya kesehatan dijaga sebisa mungkin. Terutama bayi atau balita
dengan alergi. Namun meski ada alergi, kalau tak terkontaminasi bakteri,
bayi dan balita tak akan timbilen.
Cara Alami Mengatasi Bintitan
1. Bawang Putih
Bawang putih dapat menjadi solusi tepat untuk mengatasinya. Umbi
lapis ini mengandung beberapa kandungan alami yang terkandung dalam
tiap-tiap getahnya. Kandungan tersebut berupa minyak atsiri,
alildisulfida, dialildisulfida, alisin, aliin, enzim alinasa,
triglikosida, vitamin A, vitamin B, dan hormon kelamin. Perlu diketahui,
bawang putih memiliki sifat khas yang menghangatkan, tajam tetapi
halus. Bagian yang digunakan untuk mengobati mata timbilan adalah umbi
lapisnya. Bahan yang digunakan sangat simple, yaitu cukup menyediakan
sebutir bawang putih yang sudah dicuci bersih dan dikupas. Kemudian,
potong bagian ujungnya agar dapat memoles bagian mata yang timbilan
dengan mudah. Poles timbil dengan irisan bawang secara perlahan-lahan
dan searah. Pada bagian ini perlu kehati-hatian, karena salah-salah bisa
mengenai mata. Lakukan berulang-ulang pada pagi dan sore hari, sampai
timbil mengempis. Mulailah menjaga kesehatan, karena sehat mahal
harganya.
2. Air Hangat
Basuhlah kelopak mata dengan air hangat (jangan terlalu panas),
kompres basah pada daerah yang terinfeksi tiga sampai empat kali setiap
hari setidak-tidaknya 5 sampai 10 menit setiap kali. Hindari
situasi-situasi yang memungkinkan mata Anda terkena debu atau kotoran
secara berlebihan. Jangan mempermainkan atau menggosok-gosok daerah yang
terinfeksi, tak peduli betapa besar keinginan Anda untuk memijat timbil
itu.
[Dari berbagai sumber]
Hordeolum ini bisa eksternal dan internal. Kalau yang diluar biasanya
kita tidak perlu tidak takut, solusinya cukup dikompres dengan air
hangat memakai handuk. Biasanya hordeolum akan hilang dalam 3 sampai 7
hari. Untuk hordeolum yang internal ini jangan diapa-apain, karena
khawatir jika dia pecah akan mengiritasi langsung kedalam mata. Jadi
perlakuan dari hordeolum internal tetap sama dikompres tapi segera
dibawa kedokter maka dokter akan membuka ciran dan itu akan dikerjakan
secara steril.